Minggu, 27 November 2016

Praktikum 6 


Uji Tarik Baja


Tujuan

a. Menentukan hubungan tegangan dan regangan 
b. Menentukan tegangan luluh baja
c. Menentukan tegangan tarik baja
d. Menentukan perubahan luas area penampang
e. Menentukan modulus elastisitas baja

Alat

a. Jangka sorong
b. Universal Testing Machine (UTM)
c. LVDT
d. Load cell
e. Data Logger
f. Strain Gauge

Prosedur

a. Persiapkan benda uji
b. Persiapkan alat
c. Pemasangan benda uji ke UTM
d. Tarik benda uji dengan pertambahan beban yang konstan sampai benda uji putus
e. Setelah putus, ukur diameter penampang pada daerah putus dan ukur panjang akhir benda uji.

Hasil Pengamatan

No
Benda Uji
Panjang Awal
Panjang Akhir
Presentase
1
Ulir Pendek 10
403
433
0.07
2
Ulir Pendek 13
390
420
0.08
3
Ulir Pendek 15
399
639
0.60
4
Ulir Panjang 13
595
634
0.07
5
Ulir Panjang 10
593
437
-0.26
6
Polos 8
397
433
0.09
7
Polos 10
404
460
0.14
8
Polos 12
393
448
0.14

Hasil Perhitungan Data


Perhitungan Kuat Luluh Baja

No
Benda Uji
D (m)
A (mm2)
Beban Luluh
Kuat Luluh
1
Ulir Pendek 10
10
19.20
3.6
0.0937
2
Ulir Pendek 13
13
31.69
6.3
0.1988
3
Ulir Pendek 15
15
46.54
3.6
0.0644
4
Ulir Panjang 13
13
31.64
5.6
0.0695
5
Ulir Panjang 10
10
19.04
3.9
0.0840
6
Polos 8
8
11.64
3
0.0687
7
Polos 10
10
16.47
4.5
0.0607
8
Polos 12
12
26.41
3.5
0.0492

Perhitungan Kuat Tarik Baja

No
Benda Uji
Diameter
Luas penampang
Kekuatan Tarik
1
Ulir Pendek 10
10
19.20
0.42
2
Ulir Pendek 13
13
31.69
0.28
3
Ulir Pendek 15
15
46.54
0.26
4
Ulir Panjang 13
13
31.64
0.32
5
Ulir Panjang 10
10
19.04
0.43
6
Polos 8
8
11.64
0.66
7
Polos 10
10
16.47
0.71
8
Polos 12
12
26.41
0.46


Analisa


Kuat Tarik Maksimum dari baja-baja yang digunakan terdapat pada Baja Polos 10mm yaitu 0.71. Sedangkan Kuat Luluh Maksimum terdapat pada Baja Ulir Pendek 13 mm yaitu 0.1988. Dengan demikian, kesimpulannya adalah kuat tekan maksimum dan kuat luluh dipengaruhi oleh diameter dan jenis baja. Adapun hubungan kuat tarik dengan diameter baja adalah berbanding lurus. Artinya semakin besar diameter baja yang digunakan, maka semakin tinggi kuat tarik dan kuat luluhnya.

Kamis, 03 November 2016

Praktikum 4

Tujuan

Menentukan kekuatan tekan beton berbentuk silinder yang dibuat dengan dirawat di laboratorium. Kekuatan beton adalah perbandingan beban terhadap luas penampang benda. 

Alat 

UTM dengan kapasitas 100 ton



Bahan 

2 buah beton silinder 7 hari

Prosedur


1. Ambil benda uji dari tempat perawatan


2. Letakkan benda uji pada mesin tekan secara sentris.
3. Jalankan mesin uji tekan. Tekanan harus dinaikkan berangsur-angsur dnegan kecepatan berkisar             antara 4 kg/cm2 sampai dengan 6 kg/cm2 per detik


4. Lakukan pembebanan sampai benda uji hancur dan catatah benda uji beban maksimum hancur yang       terjadi selama pemeriksaan benda uji.


5. Lakukan langkah 1,2,3,4

Hasil Percobaan

Diameter beton : 15 cm
Luas permukaan beton : 176,7146 cm2

Umur 7 Hari
Beton 1
Berat: 11,9 kg
Beban Maks : 14000 kg
Kuat Tekan (P/A) : 79,22 kg/cm2

Beton 2
Berat : 11,9 kg
Beban Maks 14500 kg
Kuat Tekan 82,05 kg/cm2

Rata-rata Kuat Tekan : 80,635 kg/cm2

Umur 14 Hari
Beton 1
Berat: 12,02 kg
Beban Maks : 23200 kg
Kuat Tekan (P/A) : 131,28 kg/cm2

Beton 2
Berat : 12,04 kg
Beban Maks 20800 kg
Kuat Tekan 117,70 kg/cm2

Rata-rata Kuat Tekan : 124,49 kg/cm2

Umur 28 Hari
Beton 1
Berat: 11,84 kg
Beban Maks : 32800 kg
Kuat Tekan (P/A) : 185,61 kg/cm2

Beton 2
Berat : 12,08 kg
Beban Maks 33700 kg
Kuat Tekan 190,70 kg/cm2

Rata-rata Kuat Tekan : 188,155 kg/cm2

Analisa

Pada hari ke-7 beton mmiliki kuat tekan rata-rata 80,635 kg/cm2. Pada hari ke 14, beton memiliki kuat tekan rata-rata 124,49 kg/cm2. Pada uji tekan hari ke 28 didapatkan hasil kiat tekan sebesar 185,61 kg/cm2 dan 190,70 kg/cm2. Hasil yang didapatkan kurang dari yang direncanakan yaitu sebesar 200 kg/cm2. Hal tersebut dapat disebabkan oleh kesalahan perhitungan dan kesalahan pencampuran.


Minggu, 30 Oktober 2016

Pengenalan Teknologi Material Konstruksi Logam

Pendahuluan

Siklus material
  1. Penambangan (Mining) : Konsentrat Mineral
  2. Peleburan (Smelting)
  3. Pembentukan (Forming) : Produk Setengah Jadi
  4. Pengerjaan (Fabrication) : Produk jadi/ Peralatan
  5. Operasi & Perawatan : Bangunan Peralatan jangan Segera Rusak
  6. Korosi : Produk Korosi Kembali ke Bumi



Half Finished Products
  • Pelat (Plate)

  • Lembaran (Sheet)

  • Tube & Pipe

  • Profil Struktur

  • Kawat (Wire) & Kabel Sling (Wire rope)

Standar dan Kode

  • Material Standards
  • Product Standards
  • Design Codes
  • Manufacturing Codes
  • Inspection Codes
  • Operation & Maintenance Codes

Engineering Material


Jenis:
  • Baja (Steel) : Baja Karbon, Baja Paduan
  • Besi Cor (Cast Iron)
  • Aluminium & Paduannya
  • Tembaga & Paduannya
  • Titanium & Paduannya
  • Superalloys : Ni-, Co-, Fe- Base
  • Timah Putih, Hitam, & Paduannya

Sifat Fisik Material:
  • Titik Cair
  • Massa Jenis
  • Konduktivitas Panas
  • Konduktivitas Listrik
  • Koefisien Muai
  • Dst.

Sifat Mekanik Material:
  • Kekuatan Luluh (Yield Strength)
  • Kekuatan Tarik (Tensile Strength)
  • Perpanjangan (Elongation)
  • Kekerasan (Hardness)
  • Harga impact
  • Batas Lelah (Fatigue Limit)
  • Batas Mulur (Creep Limit)
  • Ketahanan Aus

Sifat Kimia Material:
  • Ketahanan Korosi

Sifat Teknologi:
  • Mampu Cor (Castability)
  • Mampu Bentuk (Formability)
  • Mampu Las (Weldability)
  • Mampu Keras (Hardenability)
  • Mampu Mesin (Macinability)

Pengujian & Pemeriksaan (Testing & Inspection):
  • Pengujian Mekanik:
    • Uji Tarik
    • Uji lentur
    • Uji Geser
    • Uji Tekan
    • Uji Keras
    • Uji Impact
    • Uji Fatigue
    • Uji Creep
    • Uji Aus
  • Pengujian Korosi
  • Pemeriksaan Material
  • Pemeriksaan Komponen/Peralatan
  • Teknik Pemeriksaan Merusak:
    • Metalografi
  • Teknik Pemeriksaan Tidak Merusak:
    • Visual
    • Dye Penetrant
    • Ultrasonic
    • X-ray Radiography
    • Magnetic Particle
    • Eddy Current
    • Infrared Thermography

Pengujian Mekanik

  • Uji Tarik (Tension Test)
  • Uji Impak (Impact Test)
  • Uji Lelah (Fatigue Test)
  • Uji Kekerasan (Hardness Test)
  • Uji Mulur (Creep Test)
  • Uji Lentur (Flexure Test)
  • Uji Tekuk (Bend Test)

Uji Tarik

Sifat mekanik yang diperoleh dari pengujian tarik adalah:
  • Kekuatan Tarik (Tensile Strength)
  • Kekuatan Luluh (Yield Strength)
  • Keuletan (Ductility)
  • Ketangguhan (Toughness)
  • Modulus Elastisitas
Sample Uji Tarik
  • Lokasi pengambilan sample, bentuk, dan dimensi spesimen uji tarik harus mengikuti standar, misalnya JIS, ASTM
  • Dimensi utama dari sample uji tarik adalah:
    • Luas penampang melintang awal = Ao
    • Panjang uji awal (gauge length) = Lo


Metode Pengujian
  • Spesimen uji tarik dijepit di kedua ujungnya dan ditarik dengan kecepatan konstan
  • Akibat tarikan tersebut, spesimen akan bertambah panjang 
  • Akibat pertambahan panjang yang terjadi pada spesimen, maka load cell akan mencaat reaksi berupa gaya tarik.

Kurva Tegangan Regangan Teknik (Engineering Stress-Strain Curve)

Tegangan 


Regangan


Kurva Tegangan Regangan


Ketangguhan material ditunjukkan oleh energi yang mampu diserap material sampai material patah.




Uji Impak (Impact Testing)
  • Pengujian impak dilakukan untuk mendapatkan data keuletan material atau ketangguhan daerah lasan
  • Spesimen yang diberi takikan (notch) menerima beban tiba-tiba.
  • Besarnya energi yang digunakan untuk mematahkan spesimen diukur.



  • Energi untuk metahkan spesimen diukur berdasarkan pada perbedaan energi potensial dari bandul pemukul pada saat sebelum dan sesudah memukul spesimen

Uji Kelelahan
  • Metode Pengujian Fatigue:
    • Metode fatigue lentur putar (rotating bending fatigue)
    • metode fatigue axial (axial fatigue)
  • Pada mesin uji fatigue lentur putar, beban yang diterima oleh spesimen adalah tegangan normal bolak balik murni dengan rasio tegangan R=1.
  • Besarnya tegangan dan jumlah putaran, N, yang mapu diterima oleh spesimen dicatat sebagai data pengujian.
  • Bila pengujian fatigue dilakukan terhadap beberapa spesimen yang diberi tegangan berbeda-beda maka jumlah putaran yang mampu diterima oleh setiap spesimen sampai patah akan berbeda pula.
  • Pemetaan tegangan sebagai fungsi dari jumlah putaran akan diperoleh kurva S-N.
  • Kurva S-N untuk material baja membentuk garis horizontal pada suatu beban tegangan tertentu
  • Dibawah tegangan ini secara teoritis baja tersebut mampu menerima beban fatigue untuk selamanya tanpa terjadi patah. Batas tegangan ini disebut batas fatigue (fatigue limit).
  • Sedangkan material aluminium, tembaga, magnesium dan paduan tembaga memiliki kurva S-N yang terus menurun dengan naiknya jumlah putaran. Material jenis ini tidak memiliki batas fatigue.
  • Sebagai penggantinya ditentukan suatu parameter yang disebut  kekuatan fatigue (fatigue strength), yaitu besarnya tegangan yang mampu diterima oleh material untuk sejumlah putaran tertentu.
  • Batas fatigue dan kekuatan fatigue material bergantung pada beberapa faktor antara lain:
    • Ukuran komponen
    • Konsentrasi tegangan, misalnya adanya takikan
    • Kekasaran permukaan clan proses pengerjaan 
    • Tegangan sisa

Kurva Fatigue Test


Fatigue Test


Fatigue Testing Machine






















Kamis, 27 Oktober 2016

Praktikum Bahan Bangunan Laut 3

Pada minggu sebelumnya (7 oktober 2016), kami sudah menghitung beton dengan kekuatan K-200 dengan komposisi sebagai berikut.:

  • Semen                                    : 15,11   kg
  • Agregat halus kondisi lapangan  : 31,031 kg
  • Agregat kasar kondisi lapangan  : 53,77  kg
  • Air                                          : 8,01   kg

Tujuan

Membuat dan melakukan curing terhadap beton K-200

Prosedur Percobaan

Pembuatan

1. Siapkan 6 buah bekisting


2. Oleskan oli menggunakan kuas di dalam bekisting hingga merata


3. Kencangkan bekisting jika terdapat celah


4. Timbang bahan-bahan concrete mix design dnegan jumlah yang sudah dihitung





5. Masukkan bahan-bahan ke dalam molen dengan urutan agregat kasar, agregat halus, semen, kemudian air.
6. Aduk dan pastikan campuran tidak menggumpal di dalam molen
7. Tambahkan air jika belum tercampur dengan sempurna (Pada saat percobaan ditambahkan air 1,5 kg)
8. Lakukan uji slump
9. Pindahkan concrete mix design dari dalam molen ke dalam wadah besar
10. Masukkan adonan ke dalam bekisting menggunakan sekop sehingga 1/3 tingginya.
11.Gunakan vibrator agar bekisting terisi penuh dari padat.



Proses Curing

1. Diamkan selama satu hari, lalu lepaskan beton dari bekistingnya. (Pada saat percobaan beton didiamkan selama 3 hari).


2. masukkan beton ke dalam bak curing.


3. Lalu tutup menggunakan karung goni/kain bekas.


Sabtu, 22 Oktober 2016

Dasar Teknologi Baja (Rangakaian Proses Pembuatan Baja)


Bijih Besi

Bijih besi pada umumnya adalah besi oksida, yaitu Hematit, Magnetit dan Limonit. Hemtati adalah bijih besi paling banyak dimanfaatkan karena kadar besinya tinggi mencapai 66% dan kadar kotorannya relatif rendah. Pda tahap selanjutnya hematit ini akan dimasukkan ke dalam blast furnace, yaitu tungku besar yang berfngsi melebur bijih besi pada tahap awal.

Proses Pembuatan Baja

Secara tradisional, bahan baku untuk menghasilkan gas reduktor karbon monoksida adalah arang atau batubara. Dewasa ini sekitar 80% baja dihasilkan dengan melewati jalur tanur tinggi(blast furnace), sedangkan 20% sisanya melalui jalur reduksi langsung (direct reduction).


Jalur Reduksi Langsung

Proses reduksi langsung dapat menggunakan reduktor yang berasal dari gas alam. Proses direct reduction ini digunakan di PT Krakatau Steel. Bahan bakunya adalah pelet bijih besi dan gas alam. Gas alam yang dipanaskan sampai suhu sekitar 900 derajat Celcius direaksikan dengan air dengan katalis Ni akan berubah menjadi gas H2 dan CO. Keduanya merupakan gas reduktor yang akan mengikat dan mengambil oksigen dari bijih besi.

Dengan demikian pelet bijih besi berubah menjadi besi spons, tetap dalam keadaan padat berbentuk butiran (pelet). Besi spons memiliki kadar karbon yang terlalu tinggi (untuk baja) dan unsur pengotor. Selanjutnya besi spons (ditambah bahan baku lainnya: oksigen batu kapur dan unsur-unsur paduan) dilebur di tungku busur listrik atau E.A.F. (Electric Arc Furnace) menjadi baja cair. Baja cair dituang dengan proses pengecoran kontinu menjadi fillet dan slab.

Jalur Blast Furnace

Teknologi Bals Furnace atau Hoogoven atau tanur tinggi saat ini adalah hasil perkembangan sejak abad 14. Teknologinya sudah matang, produktivitasnya sangat tinggi. Be=ijih besi dicampurkan kokas dan dipanaskan dalam klinker bernama "sinter". Kokas diperoleh dari batubara yang dipilih dan dipanaskan dalam coke oven menjadi kokas. Bijih besi, kokas, batu kapur, dan udara panas dipadu dalam blast furnace.

Blast Furnace



  • Hematit akan dimasukkan ke dalam blast furnace, disertai dengan beberapa bahan lainnya seperti kokas, batu kapur,  dan udara panas. bahan baku yang terdiri dari campuran bijih besi, kokas, dan batu kapur, dinaikkan puncak blast furnace yang tingginya bisa mencapai 60 m. 
  • Setelah bahan-bahan dimasukkan ke dalam blast furnace, lalu udara panas dalirkan dari dasar tungku dan menyebabkan kokas terbakar sehingga nantinya akan membentuk karon monoksida. 
  • Maka didapatlah besi yang kita inginkan. Namun besi tersebut masih mengandung karbon yang cukup banyak yaitu 3-4,5 % padahal besi yang paling banyak digunakan saat ini adalah yang berkadar karbon kurang dari 1% saja. Besi yang mengancdung karbon dengan kadar >4% biasa disebut pig iron.
  • Batu kapur digunakan sebagai fluks yang mengikat kotoran-kotoran yang terdapat dalam ijih besi.
  • Perlu diperhatikan bahwa bijih besi yang akan dimasukkan ke dalam blast furnace haruslah digumpalkan terlebih dahulu.
  • Hal tersebut berguna agar aliran udara panas bisa dengan mudah bergerak melewati celah0celah biji besi dan tentunya akan mempercepat proses reduksi.

  • Bahan Baku: bijih besi, batu kapur, kokas, dan udara
  • Pembakaran kokas mempunyai dua fungsi:
    • Menghasilkan panas
    • Pembakaran tidak sempurna menghasilkan gas karbon monoksida sebagai reduktor.
  • Batu kapur berfungsi untuk mengikat kotoran pada besi cair menjadi terak (Slag) yang terapung diatas besi kasar cair.
  • Hasil Blast furnace adalah besi kasar cair.
  • Besi kasar segera dikirim dan dimasukkan ke converter di Basic Oxygen Furnace atau Basic Oxygen Steelmaking

Konversi Besi Ke Baja

BOF


  • Kedalam BOF dimasukkan:
    • Besi kasar cair
    • Baja bekas
    • oksigen
    • batu kapur
    • unsur-unsur paduan
  • Penambahan oksigen (dengan oxygen lance) adalah untuk mengurangi kadar karbon hingga mencapai yang dikehendaki.
  • Batu kapur mengikat kotoran menjadi terak.
  • Sesudah komposisi kimia tepat seperti yang diminta  (sample diperiksa dengan spektrometer), Baja cair dipindahkan ke ladle.
EAF

  • EAF hanya memakai cold scrap metal. 
  • EAF hanya untuk membuat baja mutu tinggi.

Secondary Steelmaking
  • Ekstra Treatment sesuai mutu baja yang diingikan.
  • Bisa ditambah argon, injeksi powder atau wire, vacuum atau pemanasan tambahan.
  • Mengurangi kadar hidrogen dan sulfur
  • Penuangan baja cair dapat dilakukan dengandua cara:
    • Dalam bentuk balok baja (ingot)
    • menjadi slab atau billet dengan proses cor kontinu (continuous casting)

Continuous casting


Casting



Proses Pembuatan Produk Setengah Jadi

  • Hot Rolling
  • Cold Rolling
  • Hot Forging
  • Hot Tube Fiercing
  • Pembuatan Welded Pipe (Longitudinal & Spiral)

Hot Rolling

Ingot, Billet dan Slab Diroll panas (Hot Rolling) menjadi:
  • Flat Product : Pelat
  • Long Product : Baja profil, besi beton, dan batang kawat.


  • Ingot, Slab atau billet dipanaskan di tungku pemanas
  • Hot rolling dilakukan bertahap

Cold Rolling

  • Dengan Cold rolling bertahap pelat diubah menjadi baja lembaran (Sheet)
  • Dilanjutkan dengan proses pemanasan/annealing untuk melunakkan dan diakhiri dengan temper rolling untuk menyetrika.

Hot Forging

  • Untuk membuat komponen yang berukuran besar, misalnya pros turbn, digunakan proses tempa panas.



Hot Tube Piercing

  • Tahap awal pembuatan pipa seamless dilakukan dengan
  • Hot tube piercing terhadap billet yang dipanaskan
  • salah satu variannya adalah proses Mannesmann

  • Pengecilan diameter pipa berdinding tebal tersebut dilakukan dengan proses hot tube rolling. tebal dindingnya juga akan berkurang.
  • Untuk membuat pipa yang lebih kecil lagi diameternya dipakai proses cold tube drawing.

Pembuatan Welded Pipe

  • Welded pipe dapat dibuat dengan dua cara:
    • Longitudinal welded pipe 
    • spiral welded pipe

Longitudinal Welded Pipe

  • Bahan baku : Pelat baja hasil hot rolling
  • Proses pembentukan dengan roll forming bertahap

Spiral Welded Pipe

  • Bahan baku pelat baja hasil hot rolling dapat dibentuk menjadi pipa dengan alur spiral.
  • Dengan satu lebar pelat dapat diperoleh pipa dengan berbagai diameter, tergantung pada cetakan dan sudut pemasukan pelat.
  • Pengelasan dilakukan dengan Submerged Arc Welding atau las busur terendam.


Klasifikasi dan Standard

Jenis baja dikelompokkan Sbb:

-Baja karbon (plain carbon steel)
  • Low Carbon Steel      : C<0,25%
  • Medium Carbon Steel : C=0,25%=0,5%
  • High Carbon Steel      : C>0,5%
- Baja Paduan (Alloy Steel)
  • Low Alloy Steel : E unsur-unsur paduan < 8%
  • High Alloy Steel : E unsur-unsur paduan >8%

Standard yang banyak dipakai dalam perdagangan/industri baja adalah:
  • AISI = American Iron % Steel Institute
  • SAE = Society of Automotive Engineers
  • ASME = American Society of Mechanical Engineers
  • ASTM = American Society for Testing and Materials
  • DIN = Deutsche Industrie Normen
  • JIS = Japanese Industrial Standard
Klasifikasi/ standard baja dibuat merut hal berikut:
  1. Proses Pembuatan/ Bentuk Produk
  2. Kekuatan
  3. Komposisi kimia
  4. Nomor Standard Tanpa Pola Tertentu